Arsip Blog

Asuhan Keperawatan (ASKEP) Diare

A.    PENGERTIAN
Diare berhubungan dengan proses infeksi. Diare adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami defikasi sering dengan faeces cair atau faeces tidak berbentuk (Carpenito, 2001)
Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan. (Ngastiyah, 2005)

B.     PENYEBAB
1.      Diare karena kelainan pada saluran makanan dibagi menjadi :
a.       Kelainan di lambung
b.      Kelainan di usus halus
c.       Kelainna di usus besar

2.      Diare karena infeksi dibagi menjadi :
a.       Infeksi parasit
b.      Infeksi bakteri
c.       Infeksi virus
d.      Infeksi jamur
e.       Keracunan makanan
3.      Diare karena kelainan diluar saluran makanan dibagi menjadi :
a.       Penyakit di pankreas, kelainan endokrin
b.      TBC paru
c.       Penyakit neurology                      
d.      Akibat keracunan makanan
4.      Menurut Soeparman (1990) penyebab diare dibagi menjadi :
a.       Disebabkan oleh faktor diit
b.      Disebabkan oleh faktor kimia
c.       Faktor enteropologi à bakteri, virus, parasit
d.      Faktor infeksi parenteral
e.       Faktor neurologis



C.    KLASIFIKASI
Diare dapat bersifat akut / kronis, ini dapat diklasifikasikan sebagai volume tinggi, volume rendah, sekresi, osmotik / campuran. Diare dengan volume banyak yaitu  bila terdapat lebih dari satu liter feses cair / hari. Diare dengan volume sedikit terjadi bila terdapat kurang dari 1 liter feses cair yang dihasilkan / hari.

D.    TANDA DAN GEJALA
         Nyeri perut dapat merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal, dapat berasal dari nyeri viseral abdomen akibat rangsang mekanik (seperti regangan atau spasme) atau kimiawi (seperti inflamasi, iskemia) nyeri viseral ini bersifat tumpul, rasa terbakar dan samar batas lokasinya. Sedangkan nyeri peritonium parietal lebih bersifat tajam dan lokasinya lebih jelas. Ujung saraf pada organ padat seperti hati dan ginjal terbatas pada kapsulanya jadi rasa timbul bila bila ada regangan karena pembesaran organ. Referred pain dapat dijelaskan pada keadaan dimana saraf nyeri viseral dan saraf somatik berada pada suatu tingkat disusunan saraf tepi.
(FKUI : 2001)
Data subyektif yang dikumpulkan dari pasien dengan gangguan peradangan akut pada usus meliputi anoreksia, mual, timbul dan peningkatan ketidak nyamanan pada perut. Jika diperkirakan keracunan makanan pasien ditanya mengenai kemungkinan sumber makanan yang terkontaminasi racun tersebut.
Frekuensi defekasi meningkat bersamaan dengan meningkatnya kandungan cairan dalam faeses. Pasien mengeluh kram perut distensi, gemuruh usus, anoreksia dan haus kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus dapat terjadi pada setiap defekasi. Feses berair adalah karakteristik dari penyakit usus halus. (Smeltzer,2001)
Fungsi usus halus yaitu mencerna dan mengbsorpsi khime dari lambung. Isi duodenum adalah alkali. Isinya yang cair (atau khime) dijalankan oleh serangkaian gerakan peristaltik. Sedangkan feses semi padat sering dihubungkan dengan gangguan kolon, fungsi kolon adalah bila isi usus halus mencapai sekum maka semua zat makanan telah diabsorpsi dan isinya cair. Selama perjalanan didalam kolon isinya menjadi makin padat karena air diabsorpsi dan ketika rectum dicapai maka feses bersifat padat lunak. (Pearce 2002 : 190-196)

E.     PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya diare terlihat dari berbagai faktor penyabeb :
1.      Faktor infeksi
Faktor infeksi yaitu bakteri, kamur masuk ke dalam lambung dan akan dinetralisir oleh asam lambung (HCl). Mikroorganisme tersebut akan tetap hidup / mati. Jika masih hidup mikroorganisme tersebut akan masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak dan mengeluarkan toksis yang akan merusak vili-vili dan meningkatkan peristaltik usus sehingga penyerapan makanan, air dan elektrolit ternganggu terjadi hipersekresi yang mengakibatkan elektrolit, air ternganggu sehingga menjadi diare.
2.      Faktor makanan
         Rasa takut dan cemas merangsang hypotalamus, sehingga penyerapan makanan air elektrolit ternganggu. Mengakibatkan peningkatan peristaltik pada colon dan selanjutnya terjadi diare dengan adanya pengeluaran cairan. Dan elektrolit dalam jumlah yang banyak akan berakibat pada timbulnya berbagai macam komplikasi dan berakibat lanjut berupa hilangnya cairan dan elektrolit.
         Pengeluaran cairan tubuh adalah menyebabkan kompensasi tubuh mengalami hipoglikemi hypoproteinemia, sehingga menimbulkan malnutrisi energi dan protein. Bakteri di dalam usus mengeluarkan toksin dan akan merusak vili-vili usus hasus dan menyebabkan hyperperistaltik pada usus dan menimbulkan rasa nyeri karena sering buang air besar tubuh akan banyak mengalami kehilangan cairan / dehidrasi dan menyebabkan kenaikan suhu tubuh dan juga defekasi yang ikut mengeluarkan asam laktat akan mempertahankan kulit / menyebabkan sekitar anal mengalami lecet dan menimbulkan gangguan integritas kulit. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menyebabkan pembentukan energi dalam tubuh terganggu sehingga intake kurang sebab pasien cenderung nafsu makannya menurun. (Waspadji, 1996)

Artikel Terkait

0 komentar :

Posting Komentar

 

Catatannya Didit Copyright © 2011-2015 | Powered by Blogger