A.
Pengertian
Halusinasi adalah persepsi
sensori yang palsu yang terjadi tanpa rangsang ensternal yang nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).
Halusinasi adalah persepsi
panca indra tanpa ada rangsangan dari luaryang dapat mempengaruhi semua sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito,
1996).
Tanda dan gejala
a.
Bicara,
senyum / tertawa sendiri.
b.
Mengatakan
mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
c.
Merusak
diri sendiri / orang lain / lingkungan.
d.
Tidak
dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
e.
Tidak
dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
f.
Pembicaraan
kacau, kadang tidak masuk akal.
g.
Sikap
curiga dan bermusuhan.
h.
Ketakutan.
i.
Sulit
membuat keputusan.
j.
Menarik
diri, menghindari dari orang lain.
k.
Menyalahkan
diri sendiri/ orang lain.
l.
Muka
merah kadang pucat.
m.
Ekspresi
wajah bingung.
n.
Tekanan
darah naik.
o.
Nafas
terengah- engah.
p.
Nadi
cepat.
q.
Banyak
keringat.
B. Macam- macam halusinasi
a.
Halusinasi
pendengaran
b.
Halusinasi
penglihatan.
c.
Halusinasi
penciuman.
d.
Halusinasi
pengecapan.
e.
Halusinasi
perabaan.
f.
Halusinasi
kinestik.
g.
Halusinasi
hipnogogik.
h.
Halusinasi
hipnopompik.
i.
Halusinasi
histerik.
j.
Halusinasi
autoskopi.
C. Mekanisme masalah.
a.
Resiko
kekerasan yang berhubungan dengan halusinasi.
Individu
yang mengalami halusinasi pendengaran akan mendengar sura/ bunyi yang tidak
berhubungan dengan stimulus yang nyata dan suara- suara itu menyebabkan
individu tersebut mengamuk dan merusak barang- barang.
b.
Perubahan
persepsi sensori : halusinasi (dengar) yang berhubungan dengan menarik
diri.
Menarik
diri merupakan perilaku yang menghindari interaksi dengan orang lain. Individu
dengan menarik diri kelihatan sedih, pendiam, putus asa dan pikirannya akan
melayang kemana- mana sehingga individu akan terbayang hal- hal yang tidak
nyata seperti melihat dan mendengar bisikan- bisikan yang aneh dari seseorang.
c.
Sebab :
Isolasi diri : menarik diri.
d.
Akibat :
Resiko menciderai diri dan orang lain.
D. Pohon masalah
Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkungan. Akibat
^
Perubahan persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Core problem
^
Isolasi
diri : manarik diri. Penyebab
E. Masalah keperawatan dan data yang perlu
dikaji.
1.
Resiko
menciderai diri dan orang lain.
DO :
§ Perilaku hiperaktif, agresi dan
destruktif.
§ Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
§ Sikap bermusuhan.
§ Menolak makan.
DS :
§ klien mengatakan benci dan kesal pada
seseorang
§ klien suka membentak dan menyerang orang
yang mengusiknya jika sedang kesal
2.
Perubahan
persepsi sensori : halusinasi dengar.
Data :
§ Bicara, senyum/ tertawa sendiri.
§ Menarik diri dan menghindar dari orang
lain.
§ Dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
§ Tidak dapat memusatkan perhatian.
§ Curiga, bermusuhan, merusak diri, orang
lain dan lingkungan.
§ Ekspresi wajah tegang, mudah tersinggung.
3.
Perubahan
isolasi sosial : menarik diri.
Data :
§ Pola pikir autistik.
§ Ekspresi wajah dungu / datar.
§ Perawatan diri kurang.
§ Menyendiri dan tidak mau bergaul dengan
orang lain.
F. Diagnosa keperawatan.
1.
Resiko
menciderai diri dan orang lain yang berhubungan dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dengar.
2.
Perubahan
persepsi sensori : halusinasi (dengar) yang berhubungan dengan manarik
diri.
G. Rencana tindakan
Diagnosa : Resiko
menciderai diri dan orang lain yang berhubungan dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dengar.
A. Tujuan umum :
Perilaku menciderai diri dan
orang lain tidak terjadi.
B. Tujuan khusus :
1.
Klien
dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi :
-
Klien mau membalas salam
-
Klien mau berjabat tangan
-
Kllien mau menyebut nama
-
Klien mau tersenyum
-
Klien ada kontak mata
-
Mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi keperawatan :
1.1
Beri
salam dan panggil nama klien
1.2
Sebutkan
nama perawat sambil berjabat tangan
1.3
Jelaskan maksud hubungan
interaksi
1.4
Jelaskan kontrak yang akan
dibuat
1.5
Beri rasa aman dan tunjukkan
sikap empati
1.6
Lakukan kontak singkat tetapi
sering
1.7
Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar klien.
2.
Klien
dapat mengenal halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
-
Klien
dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi.
-
Klien
dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
Intervensi
keperawatan :
2.1. Adakan kontak sering dan
singkat secara bertahap.
2.2. Observasi tingkah laku klien
terkait dengan halusinasinya : bicara dan tertawa tanpa stimulus,
memandang kekiri/ kekanan/ kedepan seolah- olah ada teman bicara.
2.3. Bantu
klien mengenal halusinasinya.
a.
Jika menemukan klien sedang
halusinasi, tanyakan apakah ada suara yang didengar.
b.
Jika klien menjawab “ya”
lanjutkan apa yang dikatakan.
c.
Katakan bahwa perawat percaya
klien mendengar suara itu, namun perawat tidak mendengarnya (dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi).
d. Katakan bahwa klien lain juga seperti
klien.
e. Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
2.4.
Diskusikan dengan klien tentang :
a.
Situasi yang menimbulkan atau
tidak menimbulkan halusinasi.
b.
Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika sendiri, jengkel atau sedih).
2.5.
Diskusikan apa yang dirasakan klien jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan mengungkapkan perasananya.
3.
Klien dapat mengontrol
halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
-
Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasa
dilakukan untuk mengndalikan halusinasinya.
-
Klien
dapat menyebutkan cara baru.
-
Klien
dapat memilih cara mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan
klien.
-
Klien
dapat melaksanakan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasinya.
-
Klien
dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok.
Intervensi keperawatan :
3.1.
Identifikasi bersama klien cara
tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri
dan lain- lain).
3.2. Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan
klien, jika bermanfaat beri pujian.
3.3.
Diskusikan cara baru untuk
memutus / mengontrol timbulnya halusinasi :
a. Katakan : “Saya tidak mau dengar kamu”
(pada saat halusinasi terjadi).
b. Menemui orang lain (perawat/ teman/
anggota keluarga) untuk bercakap- cakap atau mengatakan halusinasi yang
didengar.
c.
Membuat jadwal kegiatan sehari-
hari agar halusinasi tidak sampai muncul.
d. Meminta keluarga/ teman/ perawat menyapa
jika tampak bicara sendiri.
3.4. Bantu klien memilih dan melatih cara
memutus halusinasi secara bertahap.
3.5. Beri kesempatan klien untuk melakukan cara
yang telah dilatih. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
3.6. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.
4.
Klien
dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
-
Keluarga
dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
-
Keluarga dapat menyebutkan
pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya.
Intervensi keperawatan :
4.1. Anjurkan klien untuk memberitahukan keluarga jika mengalami
halusinasi.
4.2. Diskusikan dengan keluarga
(pada saat keluarga berkunjung/ pada saat kunjungan rumah).
a.
Gejala halusinasi.
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan
keluarga untuk memutus halusinasi.
c. Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasinya dirumah : beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama.
d. Beri informasi waktu follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol dan resiko menciderai
orang lain.
5.
Klien
dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi :
-
Klien
dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis dan efek samping obat.
-
Klien
dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
-
Klien
dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat.
-
Klien memahami akibat
berhentinya obat tanpa konsultasi.
-
Klien
dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
Intervensi keperawatan :
5.1.
Diskusikan dengan klien dan
keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat.
5.2.
Anjurkan klien meminta obat
sendiri pada perawat dan merasakan manfaatnya.
5.3. Anjurkan klien bicara sendiri dengan
dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan.
5.4.
Diskusikan akibat berhenti
obat- obat tanpa konsultasi.
5.5. Bantu klien menggunakan obat dengan
prinsip 5 benar.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. (1996). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
EGC: Jakarta.
Johnson, Barbara Schoen, (1997), Adaptation
and Growth Psychiatric-Mental Health Nursing, 4th Edition,
Lippincot-Raven Publishers, Philadelphia.
Keliat,
Budi Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC: Jakarta.
Stuart dan
Sundeen. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC: Jakarta.
Townsend, Mary C, (1998), Buku
Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
Artikel Terkait
0 komentar :
Posting Komentar