Arsip Blog

Asuhan Keperawatan (ASKEP) Katarak

A.      DEFINISI
Katarak adalah penurunan progresif kejerbihan lensa, lensa menjadi keruh, atau abu-abu, dan ketajaman penglihatan berkurang, katarak terjadi apabila protein-protein lensa yang secara normal trasparan terurai dan mengalami koagulasi (Corwin, 2000 :125).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasl. ( Sidarta, Ilyas,dkk : 2004)
Katarak adalah setiap keturunan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denatutasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan  oleh berbagai keadaan (Sidarta, Ilyas, dkk : 2004)

B.       ETIOLOGI
Sebagian besar katarak yang disebut katarak sinilis, terjadi aibat perubahan-perubahan degenetatif yang berhubungan dengan pertambahan usia. Pejanan terhadap sinar matahari selama hidup dan predisposisi herediter berperan dalam timbulnya katarak senilis.
Katarak dapat timbul pada usia berapa saja setelah trauma lensa, injektif mata atau akibat pajanan radiasi atau obat tertentu. Janin yang terpajan virus rubela dapat mengalami katarak. Pada pengidap diabetes militus yang menahun sering mengalami katarak, yang kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan aliran darah kemata dan perubahan penanganan dan metabolisme glukosa (Elizabeth,2000;219).

C.      TANDA DAN GEJALA
1.         Penglihatan kabur
Bila telah terbentuk katarak, lensa akan demikian keruh dan tidak bening sehingga mengganggu penyaluran sinar masuk selaput jala. Katarak akan menghalanggi sinar masuk ke dalam, sehingga terjadi penurunan tajam penglihatan.
2.         Perubahan persepsi terhadap warna
3.         Silau
Bila mengendarai kendaraan terutama diwaktu malam hari penglihatan akan silau terhadap sinar yang akan datang.
4.         Diplopia atau poliplopia
5.         Scotoma / bintik buta
6.         Kadang di sertai myopia
7.         Pupil terlihat abu-abu hingga putih
Biasanya pada mata normal manik mata atau pupil berwarna hitam dan penderita dengan katarak manik matanyanakan kelihattan putih.
(Brunner, 2001 : )

D.      PATOFISIOLOGI
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris  yang jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju mempunyai refraksi yang besar, lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus dioperifer ada korteks dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Opasitas pada kapsul posterior merupakan katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Perubahan pada serabuk halus multiple (zunuk) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
 menyebabkan penglihatan mengalami distrasi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga jalannya cahaya ke retina terhambat, mengakibatkan pandangan terganggu. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air kedalam lensa. Proses ini mematahkanserabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Jumlah enzim akan menurun dengan  bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan penderita katarak.
Katarak dapat terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan berbeda. Dapat disebabkan karena terjadinya karena terjadinya trauma atau sistemis, seperti diabetes namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.


E.     PENATALAKSANAAN
Kehilangan tajam penglihatan dapat dicegah. Bila ditemukan gajala katarak maka sebaiknya diperiksakan segera. Pada usia 40 tahun sebaiknya mata diperiksakan setiap tahun untuk menemukan kelainan mata termasuk katarak. Tidak terdapat cara untuk mencegah terjadinya katarak, akan tetapi hilangnya penglihatan yang menetap biasanya dapat dicegah karena biasanaya dengan cara pengobatan katarak dengan pembedahan akan didapat hasil yang memuaskan.
                                                                                                     (Ilyas, 2004, 133)
F.       KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.         Aktivitas dan istirahat
Gejala   : 
a.         Perubahan aktivitas biasanya berhubungan dengan gangguan penglihatan
b.        Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan kesehatan
c.         Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma mata, DM, hipertensi / visual
d.        Apakah ada riwayat keluarga dan gangguan mata, misalnya glaucoma
e.         Kaji riwayat pekerjaan klien
f.         Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata / lensa kontak atau tidak
g.        Kaji obat-obatan yang dipakai, misalnya tetes mata
2.         Makanan dan cairan
Gejala   :  mual


3.         Neurosensori
Gejala   : 
a.         Gangguan penglihatan (kabur / tidak jelas) sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan secara bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan
b.        Penglihatan berawan / kabur tampak lingkungan cahaya / pelangi terjadi fotofobia
c.         Perubahan kaca mata / pengobatan tidak dapat memperbaiki penglihatan
Tanda   : 
a.         Tampak kecoklatan / putih susu pada pupil (katarak)
b.        Peningkatan air mata
4.         Nyeri / kenyamanan
Gejala   : 
a.         Ketidakmampuan mata mengeluarkan air mata
b.        Nyeri tiba-tiba / menatap / tekanan pada sekitar mata, sakit kepala
5.         Penglihatan / pembelajaran
Gejala   : 
a.         Adalah riwayat keluarga dengan glucoma, DM, gangguan sistem vaskuler
b.        Adalah riwayat stress, alergi (misal : peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin)
G.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa pre operasi
1.         Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan status organ
Tujuan : gangguan persepsi sensori dapat teratasi
Kriteria evaluasi :
-          Mengungkapkan kesadaran tentang defisit sensori.
-          Mempertahankan mental / orientasi umum.
-          Mengidentifikasi intervensi untuk minimalkankerusakan/ komplikasi sensori.
Intervensi    :   
a.         Pastikan derajat / tipe penglihatan
Rasional   :  mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi
b.        Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan
Rasional   :  meskipun sudah hilang, tetapi kehilangan / kemungkinan kehilangan
c.         Ajarkan cara pemberian tetes mata yang baik dan benar
Rasional   :  cara pemakaian sesuai dosis
d.      Berikan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien
Rasional : memberikan rasa nyaman bagi pasien
2.         Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
Tujuan          : citra tubuh yang positif, tidak ada keterlibatan pada perkembangan pasien
Intervensi     :
a.         Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal tentang tubuh pasien
Rasional   :  mengetahui respon verbal dan non verbal tentang tubuh pasien
b.        Berikan perawatan dengan cara tidak menghakimi pelihara privasi dan martabat pasien
Rasional   :  menjaga privasi pasien
c.         Perjelas berbagai konsep individu terhadap perawatan diri atau pemberian perawatan
Rasional   :  menghindari kesalahpahaman perawatan terhadap pasien
d.        Rujuk berbagai konsep individu terhadap perawatan diri atau pemberian perawatan
Rasional   :  menghindari penurunan harga diri pasien


Diagnosa Post operasi
1.         Nyeri berhubungan dengan post operasi
Tujuan          : nyeri berkurang
Kriteria hasil :
-          Melaporkan nyeri hilang /terkontrol
-          Tampak rileks, mampu beristirahat/ tidur dengan tepat
Intervensi     :
a.         Kaji tingkat nyeri
Rasional   :  mengetahui tingkat nyeri
b.        Anjurkan bernapas melalui hidung sebagai pengganti mulut
Rasional   :  menurunkan menelan udara dan distensi
c.         Memberikan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginan pasien
Rasional   :  memberi kenyamanan
d.      Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
   Rasional   : mengurangi nyeri
2.      Intoleran aktivitas berhubungan dengan keluhan verbal kelemahan atau kelelahan
Tujuan :  klien mobilitas mandiri
Kriteria hasil :
-          Peningkatan toleransi aktivitasyang dapat diukur
-          Berpartisipasi dalam aktivitas sehari – hari sesuai tingkat kemampuan
 Intervensi
a.       Kaji kemampuan pasien untuk melakukan tugas, catat respon terhadap aktivitas (peningkatan nadi, tekanan darah, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya).
Rasional  :  menifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
b.      Berikan lingkungan tenang, pertahankan tirah baring
Rasional  :  Meningkatkan istirahat, menurunkan kebutuhan oksigen tubuh.
c.       Ajarkan teknik penghematan energi misalnya mandi dengan duduk
Rasional  :  Mendorong pasien melakukan banyak aktivitas dengan membatasi penggunaan energi berlebihan.
d.      Kolaborasi pemberian O2
Rasional  :  Memaksimalkan kebutuhan oksigen untuk kebutuhan seluler.
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan.
Tujuan : Tidak muncul tanda – tanda infeksi
Kriteria hasil :
-          Menunjukan pemahaman factor resiko individu
-          Menunjukan teknik untuk meningkatkan lingkungan aman
Intervensi
a.       Obrservasi tanda-tanda infeksi, pantau peningkatan suhu menggigil, diaforesis.
Rasional  :  Menggigil sering kali mendahului memucaknya suhu pada infeksi umum.
b.      Batasi penggunaan alat / prosedur invasif jika memungkinkan.
Rasional  :  Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi tempat masuknya mikroorganisme.
c.       Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Rasional  :  Lingkungan yang kotor merupakan media berkembangnya mikroorganisme penyebab penyakit.
4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan :     Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen keperawatan.
Intervensi
a.       Kaji tingkat pemahaman pasien
Rasional  :  Memberikan informasi di mana pasien dapat memperoleh informasi berdasarkan kebutuhan pasien.
b.      Berikan waktu adekuat untuk penyuluhan
Rasional  :  Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan pengetahuan klien.


Artikel Terkait

0 komentar :

Posting Komentar

 

Catatannya Didit Copyright © 2011-2015 | Powered by Blogger