Miningitis adalah suatu reaksi
keradangan yang mengenai satu atau semua lapisan selaput yang menghubungkan
jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus
atau serosa, disebabkan oleh bakteri spesifik / non spesifik atau virus.
Selaput otak terdiri dari 3 lapisan
dari luar kedalam yaitu Durameter, Aranoid, Piameter.
Durameter terdiri dari lapisan yang
berfungsi kecuali didalam tulang tengkorak, dimana lapisan terluarnya melekat
pada tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri adalah lapisan vertikal
durameter yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis tengah. Tentorium
serebri adalah ruang horizontal dari Durameter yang memisahkan lobus
oksipitalis dari serebelum.
Araknoid merupakan membran lembut
yang bersatu ditempatnya dengan parameter, diantaranya terdapat ruang subarnoid
dimana terdapat arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal.
Sisterna magna adalah bagian terbesar dari ruang subaranoid disebelah belakang
otak belakang, memenuhi celah diantara serebelum dan medulla oblongata.
Piamater merupakan membran halus yang
kaya akan pembuluh darah kecil yang mensuplai darah keotak dalam jumlah yang
banyak. Piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan permukaan otak dan
seluruh medula spinalis.
Miningitis dapat disebabkan oleh
berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe utama yakni:
1.
Infeksi bakteri, piogenik yang
disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama meningokokus, pneumokokus, dan
basil influenza.
2.
Tuberkulosis, yang disebabkan
oleh basil tuberkel (Mycobacterium tuberculose).
3.
Infeksi virus, yang disebabkan
oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.
Miningitis bakteri dapat disebabkan
oleh setiap agen bakteri yang bervariasi. Haemophilus Influenza (Tipe β), Streptococcus pneumoniae, dan Naisseria
Miningitis (meningokokus)
bertanggung jawab terhadap meningitis pada 95 % anak-anak yang lebih tua dari
usia 2 bulan. Haemophilus influenzae merupakan organisme yang dominan pada usia
anak-anak 3 bulan sampai dengan 3 tahun, tetapi jarang pada bayi dibawah 3
bulan, yang terlindungi oleh substansi bakteri yang didapat secara pasif dan
pada anak-anak diatas 5 tahun yang mulai mendapat perlindungan ini.
Organisme lain adalah Streptococus β hemolyticus, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Penyebab utama meningitis neonatus adalah organisme Streptococcus β hemolyticus dan Escherichia coli.
Infeksi Escherichia coli jarang terjadi pada anak-anak usia setelah bayi (lebih
dari 1 tahun). Meningitis meningokokus (serebrospinal epidemik) terjadi pada
bentuk epidemik dan merupakan satu-satunya tipe yang ditularkan melalui infeksi
droplet dari sekresi nasofaring. Meskipun kondisi ini dapat berkembang pada
setiap usia, risiko infeksi meningokokus meningkat dengan seringnya kontak dan
oleh karena itu infeksi terutama terjadi pada anak-anak usia sekolah dan
adolesens.
Laki-laki lebih sering terkena
dibandingkan dengan perempuan terutama pada periode neonatal. Angka kesakitan
tertinggi seteleh timbulnya meningitis mengenai anak-anak pada usia antara
kelahiran sampai dengan empat tahun (dibawah lima tahun). Faktor maternal
seperti ketuban pecah dini dan infeksi ibu hamil selama trimester akhir
merupakan penyebab utama meningitis neonatal.
Terjadinya defisiensi pada mekanisme imun
dan berkurangnya aktivitas leukosit dapat mempengaruhi insiden pada bayi baru
lahir, anak-anak dengan defisiensi imunoglobulin, dan anak-anak yang menerima
obat-obatan imunosupresif. Meningitis yang muncul sebagai perluasan dari
infeksi-infeksi bakteri yang bervariasi kemungkinan disebabkan kurangnya
resistensi terhadap berbagai organisme penyebab. Adanya kelainan SSP, prosedur
/ trauma bedah saraf, infeksi-infeksi primer dilain organ merupakan
faktor-faktor yang dihubungkan dengan mudahnya terkena penyakit ini.
D. PATOFISIOLOGI
Rute infeksi yang paling sering
adalah penyebaran vaskuler dari fokus-fokus infeksi ketempat lain. Contohnya
organisme nasofaring menyerang pembuluh-pembuluh darah yang terdapat didaerah
tersebut dan memasuki aliran darah keserebral atau membentuk tromboemboli yang
melepaskan emboli sepsis kedalam aliran darah. Invasi oleh perluasan langsung
dari infeksi-infeksi disinus paranasal dan disinus mastoid jarang terjadi.
Organisme-organisme dapat masuk melalui implantasi langsung setelah luka yang
tertembus, fraktur tulang tengkorak yang memberikan sebuah lubang kedalam kulit
atau sinus, lumbal fungsi, prosedur pembedahan dan kelainan-kelainan anatomis
seperti shunt ventrikuler. Organisme-organisme yang terimplantasi menyebar
kedalam cairan serebrospinal oleh penyebaran infeksi sepanjang rongga
subarnoid.
Proses infeksi yang terlihat adalah
inflamasi, eksudasi akumulasi leukosit dan tingkat kerusakan jaringan yang
bervariasi. Otak menjadi hiperemis, edema, dan seluruh permukaan otak tertutup
oleh lapisan eksudat purulen dengan bervariasi organisme.
Neonatus :
♦
Gejala tidak khas
♦
Panas ±
♦
Anak tampak malas, lemah, tidak
mau minum, muntah dan kesadaran menurun.
♦
Ubun-ubun besar kadang-kadang
cembung.
♦
Pernafasan tidak teratur.
Anak umur 2
bulan -
> 2 tahun :
♦
Gambaran klasik (-)
♦
Hanya panas, muntah, gelisah,
kejang berulang.
♦
Kadang-kadang “ high pitched
cry “.
Anak umur >
2 tahun :
♦
Panas , menggigil, muntah,
nyeri kepala.
♦
Kejang
♦
Gangguan kesadaran.
♦
Tanda-tanda rangsang meningeal
: kaku kuduk, tanda Brudzinski dan Kering.
Gejala yang sering terlihat :
·
Keluhan penderita mula-mula
nyeri kepala yang menjalar ketengkuk dan punggung
·
Kesadaran menurun
·
Kaku kuduk, disebabkan
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk ;
·
Terdapat tanda kernig dan
Brundzinski yang positif.
Tanda kernig yang positif adalah bila paha ditekuk 90°
keventral, tungkai dapat diluruskan pada sendi lutut.
Diagnostik miningitis akut bakteri
tidak dapat dibuat berdasarkan gejala klinis. Diagnosis pasti hanya dapat
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan cairan serebrospinal melalui lumbal pungsi.
Tekanan cairan diukur dan cairannya diambil untuk kultur, pewarnaan gram,
hitung jenis, serta menentukan kadar glukosa dan protein. Penemuan ini umumnya
diagnostik Kultur dan pewarnaan gram dibutuhkan untuk menentukan kuman
penyebab. Tekanan cairan serebrospinal biasanya meningkat, tetapi
interpretasinya seringkali sulit bila anak sedang menangis.
Umumnya dijumpai
leukositosis dengan predominan leukosit PMN, tapi bisa sangat bervariasi. Warna
cairan biasanya opalesen sampai keruh, reaksi nonne dan pandy akan positif.
Kadar khlorida akan menurun tapi ini tidak selalu terjadi. Kadar glukosa
berkurang, umunya sesuai perbandingan lamanya dan beratnya infeksi. Hubungan
antara glukosa dalam cairan serebrospinal dengan glukosa darah sangat penting
dalam mengevaluasi kadar glukosa dalam cairan serebrospinal, oleh karena itu
sampel glukosa darah diambil kira-kira 30 menit sebelum lumbal fungsi. Konsentrasi
protein biasanya meningkat.
Kultur darah dianjurkan pada
anak-anak yang dicurigai menderita meningitis. Dijumpai leukositosis,
pergeseran ke kiri, dan anemia megaloblastik.
- Pada waktu
kejang.
* Longgarkan
pakaian, bila perlu dibuka
* Hisap lendir.
* Kosongkan
lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi
* Hindarkan
penderita dari rudapaksa (mis jatuh )
- Bila penderita
tidak sadar lama.
* Beri makanan
melalui sonda
* Cegah dekubitus dan pneumonia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sesering mungkin.
* Cegah
kekeringan kornea dengan boorwater / salep antibiotika
- Pada
inkontinensia alvi lakukan lavement
- Pemantauan
ketat.
* Tekanan Darah
* Pernafasan
* nadi
* Produksi air
kemih
* Faal
hemostasis untuk mengetahui secara dini ada DIC
- Penanganan
penyulit.
- Fisiotherapi
dan rehabilitasi.
Farmakologis :
= Obat anti infeksi
* Miningitis tuberkuosa :
- Isoniazid 10 –20 mg/kg/24 jam oral,
2 x sehari maksimal 500 mg, selama 1½ tahun.
- Rifampisin 10 –15 mg/kg/24 jam
oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
- Streptomisin sulfat 20 – 40
mg/kg/24 jam (IM) 1-2 x sehari, selama 3 bulan.
* Miningitis bakterial, umur < - 2 bulan:
- Sefalosporin Generasi ke 3
- Ampisilina 150 – 200 mg (400mg)/kg/24 jam IV, 4-6 x
sehari, dan
- Kloramfenikol 50 mg/kg BB/24 jam IV 4 x / hari.
* Miningitis bakterial umur > bulan:
- Ampisilina 150 – 200 mg (400mg)/
kg/24 jam IV, 4-6 sehari .
- Kloramfenikol 100 mg/kg/24 jam IV,
4 x sehari atau
- Sefalosporin Generasi ke 3.
= Pengobatan Simtomatis.
* Diazepam IV; 0,2 – 0,5 mg / kg/dosis,
atau rektal : 0,4 – 0,6 mg/kg/ dosis.
Kemudian dilanjutkan dengan:
- Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 x sehari
atau
- Fenobarbital 5 – 7 mg /kg/24 jam, 3 kali sehari.
* Turunkan panas:
- Antipiretik: parasetamol/salisilat 10
mg/kg/dosis.
- Kompres air PAM / es
= Pengobatan Suportif
* Cairan intravena
* Zat asam.
Usia anak, kecepatan
diagnosa setelah timbulnya gejala dan terapi yang adekwat penting dalam
prognosa meningitis bakteri. Mortalitas miningitis neonatus kira-kira 50 %
meskipun gejala yang timbul terlambat, sedangkan meningitis streptokokus β
hemolitikus menimbulkan 15 – 20 % kasus fatal. Bila penyebabnya hemofilus
influensya dan miningitis meningokokus, angka mortalitas 5 – 10 % sedangkan
meningitis pneumokokus pada bayi dan anak-anak kira-kira 20 %.
Gejala sisa
miningitis bacteri paling sering terjadi pada anak-anak usia 2 tahun pertama
dan sangat sedikit pada anak-anak dengan miningitis meningokokus. Gejala sisa
pada bayi terutama disebabkan oleh hidrosefalus komunikasi dan efek-efek yang
lebih besar berupa cerebritis pada otak yang belum matang. Pada anak-anak yang
lebih besar gajala sisa dihubungkan dengan proses peradangan itu sendiri atau
akibat dari vaskulitis (radang pembuluh darah) yang menyertai penyakit ini.
Evaluasi saraf N VIII penting atau sekurang-kurangnya follow up 6 bulan untuk
mengkaji kemungkinan hilangnya pendengaran.
Artikel Terkait
0 komentar :
Posting Komentar