Akidah berasal dari kata Al Aqdu
yang berarti mengikat kebalikan dari
kata menguraikan. Disebut tali diikat artinya merekatkan satu ujung lainnya.
Secara bahasa kata Aqdu membahas seputar keyakinan, kepastian, dan ketetapan
hati, kemudian digunakan dalam keyakinan yang pasti. Keyakinan (ideology) adalah sebuah jiwa yang
membenarkan, hati merasa tenang dan orang berada pada tahap yakin, tidak
bercampur dengan keraguan dan tidak berbaur dengan kegamangan (Al Aqidah
Fillah, Dr. Umar al asyqar). Iman adalah pembenaran hati terhadap Allah dan Rasulnya,
yaitu pembenaran tanpa keraguan atau kebimbangan, pembenaran yang menang,
konsisten, dan meyakinkan/pasti, tanpa ada rasa bimbang dan ragu, juga
membuahkan pengorbanan harta dan jiwa dijalan Allah. Allah berfirman,“sesungguhnya orang–orang beriman hanyalah
orang – orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak
ragu–ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah,mereka itulah oerang – orang yang benar” (Q.S Al Hujarat, 49:15)
Islam menyuruh kita untuk meyakini
pokok – pokok yang ditentukan oleh rasulullah SAW. Dalam sabdanya, iman adalah
meyakini adanya Allah, para malaikatNya , kitab-kitabNya, Rasul- rasulNya, hari
akhir, serta takdir baik dan takdir buruk yang dattang dari Allah SWT. (H.R
Muslim). Beriman kepada semua itu adalah membenarkan secara pasti dengan
menisbatkannya kepada Allah. Dialah yang telah mengutus para rasul sebagai
pembawa kabar gembira dan pembawa peringatan dan Dialah yang telah menurun
kitab – kitab. Dalam salah satu ayat, Allah berfirman, kitab (Alquran) ini tidak ada keraguan padaNya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang goib, yang mendirikan
sholat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka.
(Q.S Al Baqarah, 2:2-3)
Semua perkara aqidah berhubungan
dengan keyakinan. Allah berfirman, dan mereka yang beriman kepada kitab
(Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab – kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (Q.S
Al Baqarah,2 : 4)
Oleh karena itu, tidak sah keyakinan yang disertai keraguan
karena keraguan apapun berarti meniadakan keyakinan. Keyakinan dalam islam,
diumpamakan sebagai perkara yang sempurna, yang tidak menerima pembagian
sehingga tidak menerima manusia yang mendustakan satu bagianpun. Orang yang
mendustakan kebangkitan, penghisaban, atau malaikat maka urusanNya yang telah
jelas selama dia menegetahui hakikat keberadaanNya. Apabila dia menyadari, lalu
dia bertekad mendustakan semua itu, dia telah keluar dari lingkaran islam.
Hanya meyakini salah satu tidaklah cukup, karena harus ada kerelaan terhadap
Allah sebagai tuhan, islam sebagai agama, dan Muhammad SAW sebagai nabi dan
rasul. Iman yang benar adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan,
dan mengamalakan dengan anggota badan.
Artikel Terkait
0 komentar :
Posting Komentar