Arsip Blog

Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Pendekatan bimbingan dan konseling di sekolah ini mengalami perkembangan, mula-mula bimbingan dan konseling di sekolah menggunakan pendekatan tradisional, selanjutnya berkembang ke arah developmental dengan melalui masa transisi yaitu neo tradisional.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai perbedaan ketiga pendekatan tersebut, ikuti penjelasan berikut ini.


1. Pendekatan Tradisional
a. Fokus perhatiannya pertama-tama ditujukan kepada siswa-siswa yang mengalami krisis.
b. "Problem Oriented", dengan pendekatan secara klinik, diagnostik dan pemberian "treatment".
c. Memusatkan diri pada siswa-siswa yang mengalami mengalami kelainan sehingga kegiatannya hanya terbatas kepada sebagian kecil dari keseluruhan siswa
d. Mengumpulkan data tentang siswa, mengadakan scoring dan memasukkan ke dalam record.
e. dalam konseling, konselor lebih banyak waktunya untuk "one to one relationship" terhadap siswa yang mengalami problem.
f. Hubungan dengan guru, Pembimbing sering juga mengadakan konsultasi dengan guru, tetapi jarang bersama-sama guru menghadapi konsultasi siswa-siswa untuk meningkatkan suasana belajar yang "favourable" dan kelancaran proses belajar.
g. Pembimbing sering juga mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa, akan tetapi pokok pembicaraan hanya berkisar pada anak yang mengalami problem saja, tidak meliputi keseluruhan siswa di sekolah tersebut.

2. Pendekatan Developmental
a. Fokus perhatiannya ditunjukkan kepada seluruh siswa, seluruh tingkat umur, dan seluruh aspek pertumbuhan siswa.
b. Development-Oriented membimbing siswa dalam proses perkembangannya dan dalam total educative process.
c. Memusatkan diri kepada anak-anak yang normal dan kepada usaha-usaha penciptaan suasana belajar yang efektif, sehat dan segar.
d. Pembimbing tidak lagi bertanggung jawab atas testing program dan pengadministrasian data. JIka ia menyelenggarakan tes, bukan untuk kepentingan individual tetapi untuk keseluruhan siswa yang lebih luas.  Kegiatan tes individual ditangani oleh psikolog atau oleh stafnya.
e. Pembimbing juga bukan lagi record keeper.
Kegiatan tersebut ditangani stafnya, yakni untuk menjaga agar pembimbing tidak terlibat dalam hal-hal yang rutin, supaya dapat memikirkan hal-hal lain yang lebih menyeluruh dan lebih fundamental.
f. Dalam kegiatan konseling, lebih banyak digunakan group counseling dengan sasaran supaya siswa-siswa secara bersama-sama dapat saling meningkatkan self acceptance, self direction, dan self development.
g. Hubungan dengan guru, guru merupakan penanggungjawab utama terhadap siswa dalam kelasnya, sedang pembimbing sifatnya semata-mata hanya membantu. Bila terdapat kesulitan, guru sendiri yang menghadapi siswa. Bila dipandang perlu, guru dapat berkonsultasi pada pembimbing, atau jika perlu pembimbing berhadapan dengan siswa, biasanya dilakukan bersama guru.
h. Guru memiliki record tentang siswa-siswanya, paling tidak dengan anecdotal record. Guru mengumpulkan data tentang siswa dan menyimpannya.
i. Pertemuan dengan orang tua siswa tidak semata-mata membahas anak krisis, tetapi terutama untuk mendiskusikan peningkatan situasi belajar, hubungan saling membantu antara sekolah dengan rumah, antara sekolah dengan masyarakat, dan sebagainya.

3. Pendekatan Neotradisional
Pendekatan neotradisioanal merupakan masa transisi antara pendekatan tradisional dan pendekatan developmental. Meskipun dalam programnya sudah dicantumkan kegiatan-kegiatan yang sifatnya developmental, tetapi karena konsep kerjanya masih tradisional maka pembimbing sering banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan konseling individual, testing dan sebagainya, sehingga terlupakan penciptaan climate yang efektif sehat dan segar



Artikel Terkait

0 komentar :

Posting Komentar

 

Catatannya Didit Copyright © 2011-2015 | Powered by Blogger