Masa klimakterium memiliki tiga tahap, tahap pertama adalah premenopause yaitu masa sebelum berlangsungnya perimenopause, sejak fungsi reproduktif mulai menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Tahap kedua adalah perimenopause yaitu periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-2 tahun sesudah menopause. Kusumawardhani (2006) mendefinisikan bahwa perimenopause adalah masa dimana menstruasi tidak lagi terjadi setiap bulan pada mereka yang berada pada usia-usia menjelang menopause. Tahap ketiga adalah postmenopause yaitu masa setelah perimenopause sampai senilis. Wanita pada umumnya menyebut fase klimakterium ini sebagai menopause. Pengetahuan bahwa klimakterium adalah suatu proses dan bukan suatu peristiwa adalah penting agar secara efektif dapat menangani permasalahan yang dihadapi wanita dalam masa-masa ini (Gebbie, 2005 ; Kasdu , 2004 ; Llewellyn, 2001 ; Rayburn , 2001).
Pada masa premenopause, hormon estrogen dan progesteron masih tinggi, tetapi semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Oosit pada usia menjelang 40 tahun, lebih sulit untuk menjadi matang, yang kemudian menjadi anovulasi dan haid yang tidak teratur. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja (Brooker, 2008 ; Goldfien, 2000 ; Kasdu, 2004 ; Rayburn , 2001).
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Sel-sel stroma ovarium berespon terhadap stimulasi LH yang meningkat dengan memproduksi lebih banyak androstenedion tetapi hanya sejumlah kecil estrogen. Dari kedua gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH. Kadar FSH pada masa menopause adalah 30-40 mIu/ml. Rata-rata kecepatan produksi estradiol turun menjadi 12 µg/24 jam (44 nmol/24 jam). Laju produksi estron adalah 55 µg/24 jam (202 nmol/24 jam). Dan kadar progesteron kira-kira merupakan 30% konsentrasi yang terlihat pada wanita muda selama fase folikuler (Goldfien , 2000 ; Llewellyn, 2001 ; Sarwono , 2002 ; Shimp dan Smith, 2000).
Artikel Terkait
0 komentar :
Posting Komentar