PLC merupakan sistem
mikrokontroller yang digunakan untuk mesin-mesin besar di industri, artinya
terdapat suatu perangkat lunak dan perangkat keras yang terdapat dalam suatu
piranti elektronik untuk keperluan aplikasi dalam dunia industri. Berikut ini
merupakan beberapa komponen yang terdapat di sistem PLC Agfianto E.P. (2004 : 6-11).
1)
Unit Pengolah
Pusat (CPU – Central Processing Unit)
Unit pengolah pusat
merupakan otak dari sebuah kontroler PLC. CPU itu sendiri biasanya merupaka
sebuah mikrokontroler versi mini, pada awalnya merupaka mikrokontroler 8-bit
seperti 8051 namun saat ini bisa merupakan mikrokontroler 16-bit atau 32-bit.
CPU ini juga menangani komunikasi dengan piranti eksternal, interkonektivitas
antar bagian-bagian internal PLC, eksekusi program, manajemen memori, mengawasi
atau mengamati masukan dan memberikan sinyal ke keluaran (sesuai dengan proses
atau program yamg dijalankan).
2)
Memori
Memori sistem (saat ini
banyak yang mengimplementasikan penggunaan teknologi flash) digunakan oleh PLC
untuk sistem kontrol proses. Selain berfungsi untuk menyimpan ‘sistem operasi’,
juga digunakan untuk menyimpan program yang harus dijalankan, dalam bentuk
biner, hasil terjemahan diagram tangga yang dibuat oleh pengguna atau
pemrogram.
3)
Pemograman PLC
Kontroler PLC dapat
diprogram melalui komputer, tetapi juga bisa diprogram melalui pemrogram manual
yang biasa disebut konsol (console).
Hampir semua produk
perangkat lunak untuk memprogram PLC memberikan kebebasan berbagai macam
pilihan seperti memaksa suatu saklar (masukan atau keluaran) bernilai ON atau
OFF, melakukan pengawasan program (monitoring)
secara real-time termasuk pembuatan
dokumentasi diagram tangga yang bersangkutan. Dokumentasi diagram tangga ini
diperlukan untuk memahami program sekaligus dapat digunakan untuk pelacakan
kesalahan. Pemogram dapat memberikan nama pada piranti masukan maupun keluaran,
komentar-komentar pada blok diagram dan lain sebagainya. Pemberian dokumentasi
maupun komentar pada program, akan memberikan kemudahan dalam melakukan
pembenahan.
4)
Catu Daya PLC
Catu daya listrik
digunakan untuk memberikan pasokan catu daya ke seluruh bagian PLC (termasuk
CPU, memori, dan lain-lain). Kebanyakan PLC bekerja dengan catu daya 24 VDC
atau 220 VAC dan beberapa PLC catu dayanya terpisah (sebagai modul sendiri).
Catu daya listrik ini
biasanya tidak digunakan untuk memberikan catu daya langsung ke masukan maupun
keluaran, artinya masukan atau keluaran murni merupakan saklar (baik relai
maupun optoisolator).
5)
Masukan-masukan
PLC
Kecerdasan sebuah
sistem terotomasi sangat tergantung pada kemampuan sebuah PLC untuk membaca
sinyal dari berbagai macam jenis sensor dan piranti-piranti masukan lainnya,
penggunaan sensor dan piranti-piranti masukan adalah untuk mendeteksi proses
atau kondisi atau status suatu keadaan atau proses yang sedang terjadi.
Sinyal-sinyal masukan
dapat berupa logik (ON atau OFF) maupun analog. PLC kecil biasanya hanya
memiliki jalur masukan digital saja atau logik, namun untuk PLC yang besar
mampu menerima masukan analog melalui unit khusus yang terpadu pada PLC
tersebut. Sinyal analog yang sering dijumpai adalah sinyal arus 4 hingga 20 mA
(mV) yang diperoleh dari berbagai macam sensor, selain sensor peralatan lain
juga dapat dijadikan sebagai masukan seperti citra dari kamera, robot, dan
lain-lain.
6)
Keluaran-keluaran
PLC
Sistem terotomasi tidak
akan lengkap jika tidak ada fasilitas keluaran atau fasilitas untuk menghubungkan
dengan alat-alat eksternal (yang dikendalikan). Beberapa alat atau piranti
keluaran adalah motor, solenoid, relai, lampu indikator, speaker, dan
lain-lain.
Keluaran yang
dihasilkan dapat berupa analog maupun digital, keluaran digital berupa sebuah
saklar yang menghubungkan atau memutuskan jalur sedangkan keluaran analog
digunakan untuk menghasilkan sinyal analog yang berupa perubahan tegangan untuk
mengendalikan putaran motor secara regulasi linear sehingga diperoleh kecepatan
putar tertentu.
7)
Pengaturan atau
Antarmuka Masukan dan Antarmuka Keluaran
Antarmuka masukan
berada di antara jalur masukan yang sesungguhnya dengan unit CPU. Tujuannya
adalah melindungi CPU dari sinyal-sinyal yang tidak dikehendaki yang bisa
merusak CPU itu sendiri. Fungsi dari modul ini adalah untuk mengkonversikan
atau mengubah sinyal-sinyal masukan dari luar ke sinyal-sinyal yang sesuai
dengan tegangan kerja CPU yang bersangkutan.
Sebagaimana pada
antarmuka masukan, keluaran juga membutuhkan suatu antarmuka yang sama digunakan
untuk memberikan perlindungan antara CPU dengan peralatan eksternal dan
piranti-piranti keluaran lainnya.
Artikel Terkait
0 komentar :
Posting Komentar