Mata merupakan suatu struktur sferif berisi cairan yang mempunyai fungsi
sebagai indera penglihat. Mata terletak di dalam tulang orbita serta dilindungi
oleh sejumlah struktur yaitu kelopak mata/palpebra, alis mata, konjungtiva, dan
alat-alat lakrimal (Aparatus lakrimalis).Organ ini sering digambarkan berbentuk
seperti bola, namun pada kenyatannya mata berbentuk lonjong.
Mata memiliki struktur sebagai berikut:
·
Sklera
(bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif
kuat.
·
Konjungtiva
: selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.
·
Kornea
: struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris,pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
·
Pupil
: daerah hitam di tengah-tengah iris.
·
Iris
: jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
di depan lensa berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah
ukuran pupil.
·
Lensa
: struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
·
Retina
: lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata;
berfungsi mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak. Struktur ini
tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel batang dan sel kerucut, yang
merupakan reseptor penglihatan dan 4 jenis neuron:sel bipolar, sel ganglion,
sel horizontal dan sel amakrin.
·
Saraf
optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
·
Humor
aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), dihasilkan oleh prosesus siliaris. Humor aqueus
memiliki peranan penting, yaitu sebagai nutrisi dan juga berfungsi untuk
mengeluarkan sisa metabolismenya, selain itu berfungsi untuk menjaga bentuk
bola mata dan mempertahankan TIO agar tetap berada dalam batas normal (10 – 24
mmHg).
·
Humor
vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata).
B. Konsep Dasar Medik
1.
Definisi
a.
Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink
eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva,
selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan
bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata
berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata
rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga
yang memerlukan pengobatan.
Konjungtivitis
dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada bayi baru
lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika
melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata
(biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya
eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis
gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan
seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata).
Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam
setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa
terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi
konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang
mengandung antibiotik.
b.
Definisi
Konjungtiva
Konjungtiva
merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata
dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali
bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea). 3 Membran
ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi.
Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1. konjungtiva palpebralis
(menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2. konjungtiva bulbaris (menutupi
sebagian permukaan anterior bola mata).
3. forniks (bagian transisi yang
membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata)
Meskipun
konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar
juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan.
Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva
bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting
lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.
c.
Jenis-jenis Konjungtivitis
·
Demam faringokonjungtiva
Adalah
suatu sindrom yang terdiri atas konjungtivitis folikular akut, faringitis dan
demam, yang kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening prea
urikel.
·
Episkleritis
Adalah
peradangan jaringan episklera yang dalam dan lamel sklera superficial yang
dapat terjadi akibat infeksi, alergi, atau toksis.
·
Inclusion conjungtivitis
Adalah
suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh Klamidia Okulogenital yaitu yang
termasuk golongan TRIC.
·
Kista konjungtiva
Adalah
kista pada konjungtiva yang dapat berasal dari epitel konjungtiva atau pelebaran
saluran limfa dan kista nevus.
·
Konjungtivitis alergi
Adalah
radang konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap
setiap bahan yang dapat bersifat allergen (debu, tepung sari, obat, dll)
·
Konjungtivitis adenovirus
Adalah
suatu konjungtivitis yang disebabkan oleh adeno virus jenis tertentu.
·
Konjungtivitis angular
Adalah
suatu radang konjungtiva yang mengenai konjungtiva bulbi di fisura palpebra
pada kantus internus dan eksternus.
·
Konjungtivitis atopi
Adalah
suatu peradangan konjungtiva yang dapat ditemukan pada orang-orang yang
mempunyai stigma atopi seperti dermatitis atopi dan asma bronkial.
·
Konjungtivitis difteri
Adalah
radang konjungtiva yang disebabkan korinebakterium difteri dan disertai
gambaran khas berupa pembentukan membran pada konjungtiva tarsal.
·
Konjungtivitis flikten
Adalah
suatu peradangan konjungtiva karena reaksi alergi yang dapat terjadi bilateral
ataupun unilateral, biasanya terdapat pada anak-anak dan kadang-kadang pada
orang dewasa.
·
Konjungtivitis folikular
Adalah
peradangan konjungtiva yang disertai pembentukan folikel
·
Konjungtivitis gonore
Adalah
suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekrat purulen yang disebabkan
oleh kuman neiseria gonore.
·
Konjungtivitis kataral
Adalah
infeksi konjungtiva dengan gejala khas berupa perdangan kataral pada membran
mukosa konjungtiva.
·
Konjungtivitis ligneus
Adalah
peradangan konjungtiva yang menahun, sering berulang-ulang dengan terdapatnya
pembentukan membran atau pseudomembran.
·
Konjungtivitis new castle
Adalah
suatu radag konjungtiva yang disebabkan oleh virus new castle.
·
Konjungtivitis vernal
Adalah
peradangan konjungtiva bilateral dan rekuren yang khas dan merupakan suatau
reaksi alergi, sering terdapat pada musim panas di negeri 4 musim, ata
sepanjang tahun pada negeri-negerin panas.
·
Melanoma maligna konjungtiva
Adalah
suatu tumor ganas konjungtiva yang berasal dari nevus konjungtiva atau
melanosis.
·
Nevus konjungtiva
Adalah
suatu tumor jinak yang terdiri atas sel-sel yang menghasilkan pigmen, terdapat
pada konjungtiva bulbi dan terutama dijumpai di daerah limbus atau plika
semilunar.
·
Pinguekula
Adalah
penebalan konjungtiva berbentuk segitiga dengan puncak di perifer dengan dasar
di limbus kornea, berwarna kuning keabu-abuan dan terletak di celah kelopak
mata
·
Pterigium
Adalah
penebalan dan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan banyak
pembuluh darah. Puncaknya terletak di kornea dan dasarnya dibagian perifer.
Biasanya terletak di celah kelopak dan sering meluasa ke daerah pupil.
·
Trakoma (konjungtivitis trakomatosa)
Adalah
suatu konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh klamidia trakoma. (sidarta
dkk, 2003)
2.
Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal,
seperti :
·
infeksi
oleh virus atau bakteri.
·
reaksi
alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
·
iritasi
oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las
listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
·
pemakaian
lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis.
Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan
atau bertahuntahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh:
·
entropion
atau ektropion.
·
kelainan
saluran air mata.
·
kepekaan
terhadap bahan kimia.
·
pemaparan
oleh iritan.
·
infeksi
oleh bakteri tertentu (terutama klamidia)
Frekuensi
kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya
seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga,
hewan dan debu. Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan
timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan
polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi).
3.
Tanda Dan Gejala
a. Tanda Konjungtivitis
Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:
·
konjungtiva
berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
·
produksi
air mata berlebihan (epifora).
·
kelopak
mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat
pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
·
pembesaran
pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik
peradangan.
·
pembengkakan
kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
·
terbentuknya
membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
·
dijumpai
sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
b.
Gejala
konjungtivitis
Konjungtiva yang
mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis
karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.
Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis
karena alergi.
Gejala lainnya adalah:
·
mata
berair
·
mata
terasa nyeri
·
mata
terasa gatal
·
pandangan
kabur
·
peka
terhadap cahaya
·
terbentuk
keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
4.
Patofisiologi
Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana
terbentuknya flikten masih belum jelas. Secara histologis fliktenulosa
mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada
lesi nekrotik. Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc
aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea, beberapa jenis parasit
interstisial dan fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik.
Keratitis flikten dapat
berkembang secara primer dari kornea meskipun seringkali biasanya menyebar ke
kornea dari konjungtiva. Epitel yang ditempati oleh flikten rusak, membentuk
ulkus dangkal yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut.
Flikten khas biasanya unilateral
pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau kornea, dapat satu atau
lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul
inflamasi dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva
tidak menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral
limbus cenderung membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan
flikten sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi
sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi
menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi.
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar
kemungkinan konjungtiva terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar.
Pertahanan konjungtiva terutama oleh karena adanya tear film, pada permukaan
konjungtiva yang berfungsi melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik
kemudian mengalirkan melalui sauran lakrimalis ke meatus nasi inferior.
Tear
film mengandung beta lysine, lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat
pertumbuhan kuman. Apabila ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan
tersebut maka terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.
5.
Pathway
6.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Gejala Subyektif
Konjungtivitis flikten biasanya
hanya menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dengan mata merah dan lakrimasi.
Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat
fotofobia dan gangguan penglihatan. Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir.
Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan
konjungtivitis bacterial akut.
b. Gejala Obyektif
Dengan Slit Lamp
tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu,
jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh
darah konjungtiva (hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.
c. Histopatologi
Flikten terlihat sebagai
kumpulan sel leukosit netrofil yang dikelilingi oleh sel limfosit, sel makrofag
dan kadang-kadang sel datia berinti banyak. Pembuluh darah yang memperdarahi
flikten mengalami proliferasi endotel dan sel epitel di atasnya mengalami
degenerasi.
d. Laboratorium
Dapat dilakukan pemeriksaan
tinja, kemungkinan kuman dan adanya tuberkulosa paru dan pemeriksaan kultur konjungtiva.
Pemeriksaan dengan pewarnaan gram pada sekret untuk mengidentifikasi organisme
penyebab maupun adanya infeksi sekunder.
7.
Penatalaksanaan
Bila konjungtivitis disebabkan oleh
mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi
mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang
sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan
menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk
membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal
asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien.
Pengobatan spesifik tergantung dari
identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan
sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3%;
chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan
konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan
antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid
(misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien
untuk memperbaiki hygiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali
sehari dengan artificial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi
gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang
lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid.
Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus
Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya
kontraindikasi.
Apabila
etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan
Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan
pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum
tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif.
Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anakanak, sehingga kontraindikasi
untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg
TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada
kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.
Artikel Terkait
0 komentar :
Posting Komentar