Ansietas atau kecemasan sangat
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subjektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa
takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk
menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang
parah tidak sejalan dengan kehidupan (Stuart dan Sundeen, 2006 : 143).
Hawari (2006) mendefinisikan kecemasan
sebagai gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau
kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu tapi
masih dalam batas-batas normal.
Stuart (2006) mengemukakan bahwa berbagai
teori telah dikambangan untuk menjelaskan asal ansietas. Dalam pandangan psikoanalitis,
dimana Sigmun Freud mengidentifikasikan ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya.
Menurut pandangan interpersonal Sullivan
yang menjelaskan bahwa, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan
mengalami ansietas yang berat (Stuart, 2006 : 146).
Menurut pandangan perilaku, ansietas
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain
menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yag dipelajari berdasarkan keinginan
dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini
bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada ketakutan yang
berlebihan sering menunjukan ansietas pada kehidupan kepentingan yang
berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan
ansietas yaitu konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas menimbulkan perasaan
tidak berdaya yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan (Stuart,
2006 : 146).
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan
ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih
antara gangguan ansietas dengan depresi (Stuart, 2006 : 146).
Kajian biologis menunjukan bahwa otak
mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu,
kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata
sebagai prsdiposisi ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik
dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor (Stuart,
2006 : 146-147).
b. Faktor Presipitasi
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari
kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang
tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Hal yang dapat
menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari :
- Ancaman integritas biologi meliputi gangguan terhadap kebutuhan dasar makan, minum, kehangatan, seks.
- Ancaman terhadap keselamatan diri antara lain :
a. Tidak menemukan integritas diri
b. Tidak menemukan status dan prestise
c. Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain
d. Kesesuaian pandangan diri dengan
lingkungan nyata
(Suliswati,
dkk, 2005 : 109)
Stuart (2001) mengelompokan faktor
presipitasi menjadi dua yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik
Ancaman ini meliputi disabilitas
fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari dan terdiri dari sumber eksternal serta internal. Sumber
eksternal di antaranya adalah terpapar oleh virus dan infeksi bakteri, polusi
lingkungan, resiko keamanan, perumahan yang tidak memadai, makanan, pakaian,
dan trauma. Sumber internal terdiri dari kegagalan tubuh, atau pusat pengatur
suhu. Pada masa menopause terjadi penurunan fungsi fisiologis dari beberapa
organ tubuh akibat pengaruh penurunan hormon estrogen. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan fungsi beberapa organ tubuh yang merupakan ancaman terhadap
integritas fisik.
2. Ancaman terhadap sistem diri
Ancaman ini merupakan ancaman yang dapat
membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada
individu. Ancaman tersebut terdiri dari dua sumber yaitu eksternal diantaranya
adalah kehilangan seseorang yang berarti karena kematian, perceraian, perubahan
status pekerjaan, dilema etik, tekanan dari kelompok sosial budaya. Sumber
internal terdiri dari kesulitan dalam hubungan interpersonal dan asumsi terhadap
peran baru. Pada masa menopause terjadi perubahan-perubahan bentuk tubuh,
seperti kulit menjadi kering dan keriput, obesitas, penurunan fungsi seksual, inkontinensia
urine, yang mengakibatkan perubahan gambaran diri.
c. Tingkat Kecemasan
Tingkat ansietas menurut Stuart dan
Sundeen (2006 :144-145) adalah sebagai berikut
:
- Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Contohnya
menurut Suliswati (2005) adalah antara lain seseorang yang menghadapi ujian
akhir, pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang
akan memasuki jenjang pernikahan, individu yang akan melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, individu yang tiba-tiba akan dikejar anjing
menggonggong.
- Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Contohnya
menurut Suliswati (2005) antara lain pasangan suami-istri yang menghadapi kelahiran
bayi pertamanya dengan resiko tinggi, keluarga yang menghadapi perpecahan
(berantakan), individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan.
- Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Contohnya
menurut Suliswati (2005) antara lain individu yang mengalami kehilangan harta
benda dan orang yang dicintai karena bencana alam, individu dalam penyanderaan.
- Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.
Contohnya
menurut Suliswati (2005) adalah individu
dengan kepribadian pecah/depersonalisasi.
d. Respon Terhadap Kecemasan
Menurut Stuart (2006 :
148-150) respon terhadap kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku,
kognitif, dan afektif yaitu :
1. Respon fisiologis
Respon kecemasan terhadap
sistem kardiovaskular adalah palpitasi, jantung “berdebar”, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun. Respon kecemasan terhadap sistem pernapasan adalah napas cepat, sesak
napas, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi
tercekik, terengah-engah. Respon kecemasan terhadap sistem neuromuskular adalah
reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
rigiditas, gelisah, mondar-mandir, wajah tegang, kelemahan umum, tungkai lemah,
gerakan yang janggal. Respon kecemasan terhadap sistem gastrointestinal adalah
kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual,
nyeri ulu hati, diare. Respon kecemasan terhadap sistem perkemihan adalah tidak
dapat menahan kencing, sering berkemih. Respon kecemasan terhadap kulit adalah
wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan
dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
2. Respon perilaku
Respon kecemasan terhadap
perilaku adalah gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara
cepat, kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menhindar,
hiperventilasi, sangat waspada.
3. Respon kognitif
Respon kecemasan terhadap
kognitif adalah perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, lapang persepsi menurun,
kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran
diri, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran
visual, takut cedera atau kematian, klias balik, mimpi buruk.
4. Respon afektif
Respon kecemasan pasa afektif
adalah mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ketakutan,
waspada, kengerian, kekhawatiran, kecemasan, mati rasa, rasa bersalah, malu.
Menurut Sunaryo (2004) kecemasan dapat
berupa :
- Kecemasan yang mengambang (free floating anxiety) – tidak adanya hubungan dengan pikiran.
- Agitasi – kecemasan yang disertai dengan kegelisahan motorik yang hebat.
- Panik – serangan kecemasan yang hebat dengan kegelisahan, kebingungan, dan hiperaktivitas yang tidak terorganisasi.
- Eforia – rasa riang, gembira, senang, dan bahagia yang berlebihan.
- Anhedonia – ketidakmampuan merasakan kesenangan.
- Kesepian – merasa dirinya ditinggalkan.
- Kedangkalan – kemiskinan afek dan emosi.
- Afek dan emosi yang tak wajar (tak patut atau tak wajar) – tertawa terkikih-kikih waktu wawancara.
- Afek dan emosi yang labil – tiba-tiba marah-marah atau menangis.
- Variasi afek dan emosi sepanjang hari – perubahan afek dan emosi mulai sejak pagi sampai malam hari, misalnya pada psikosis-manik depresif, depresinya lebih keras pada pagi hari dan menjadi ringan pada sore hari.
- Ambivalensi – emosi dan afek yang berlawanan timbul bersama-sama terhadap suatu objek, hal, atau orang.
- Apatis – berkurangnya afek dan emosi terhadap semua hal dengan disertai rasa terpencil dan tidak peduli. Dapat diartikan pula sebagai menurunnya kesadaran.
- Amarah – kemurkaan atau permusuhan, yang ditandai sifat agresif.
Ciri-ciri kecemasan menurut Sunaryo (2004)
dibagi menjadi dua antara lain :
- Ciri-ciri psikologik, misalnya khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tak aman, takut, dan lekas terkejut.
- Ciri-ciri somatik, misalnya palpitasi (debaran jantung yang cepat/keras), keringat dingin pada telapak tangan, TD meninggi, peristaltik bertambah.
Hamilton menguraikan gejala kecemasan
sesuai karakteristik respon kecemasan (Hawari, 2006). Perasaan cemas, meliputi
: merasa tegang, lesu, tidak bisa beristirahat dengan tenang, mudah terkejut,
mudah menangis, gemetar gelisah. Ketakutan, meliputi : takut gelap, takut pada
orang asing, takut ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada
keramaian lalu lintas, takut pada kerumunan orang banyak. Gangguan tidur,
meliputi : sukar masuk tidur, terbangun malam hari, tidur tidak nyenyak, bangun
dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk. Gangguan kecerdasan, meliputi :
sukar konsentrasi, daya ingat menurun, daya ingat buruk. Perasaan depresi
(murung), meliputi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.
Gejala somatik/fisik (otot), meliputi : sakit
dan nyeri otot-otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.
Gejala somatik/fisik (sensorik), meliputi : tinnitus (telinga berdengung),
penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, perasaan ditusuk-tusuk.
Gejala kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), meliputi : takikardia
(denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri didada, denyut nadi mengeras,
rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak jantung menghilang (berhenti sekejap).
Gejala pernafasan, meliputi : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa tercekik,
sering menarik nafas, nafas pendek/sesak. Gejala gastrointestinal, meliputi :
sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah
makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang
air besar lembek, sukar buang air besar (konstipasi), kehilangan berat badan.
Gejala urogenital, meliputi : sering buang air kecil, tidak dapat menahan air
senih, tidak datang bulan (tidak ada haid), darah haid berlebihan, darah haid
amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa
kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid), ejakulasi dini.
Artikel Terkait
0 komentar :
Posting Komentar