Arsip Blog

Osteomielitis Hematogen

A.          DEFINISI
Osteomielitis hematogen akut pada dasarnya adalah penyakit pada tulang yang sedang tumbuh. Pada anak laki-laki tiga kali lebih sering daripada anak perempuan. Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan tersering femur, tibia, humerus, radius, ulna, dan fibula. Bagian tulang yang terkena adalah bagian metafisis dan penyebab  tersering adalah Staphylococcus aureus (Sjamsuhidajad, 2004 : 903)
Osteomielitis adalah infeksi tulang dengan menghasilkan nanah yang dapat menjadi akut atau kronis. Meski osteomielitis sering mengganggu disatu lokasi, dan dapat menyebar melalui sumsum tulang dan membran yang melindungi tulang. Osteomielitis akut biasanya dibawa melalui aliran darah. Kondisinya paling sering berpengaruh pada anak yang sedang tumbuh (Andrews, 1996 : 217 )
Osteomielitis adalah infeksi Bone Marrow. Pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh Staphylococcus aereus dan kadang oleh Haemophylus influenzae. Mikroorganisme dapat masuk ke tulang melalui lubang terbuka, fraktur atau luka pembedahan. Selain  itu dapat pula melalui aliran pembuluh darah akibat dari bagian tubuh lain yang terinfeksi, misal infeksi saluran nafas atas, tonsilitis, abses gigi, lesi kulit, atau pielonefritis. (Departemen Kesehatan, 1995:35)
Osteomielistis adalah infeksi pada tulang dan saluran sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau proses spesifik (microbacterium tuberkulosa, jamur). ( Mansjoer, 2000:358 ).

B.           ETIOLOGI
Gangguan ini biasanya dimulai dengan luka memar kecil yang disebabkan oleh infeksi bakteri mayor disalah satu tempat pada tubuh. Bakteri yang paling umum menyelubungi osteomielitis adalah stafilokokus aurens, biasa disebut Staph. Osteomielitis lebih banyak menyerang anak-anak daripada orang dewasa, khususnya anak laki-laki yang mempunyai infeksi serius. Pada anak-anak bagian umum yang paling umum terserang adalah ujung bawah tulang paha ( femur ), ujung atas tulang kering ( tibia ), tulang lengan atas (radius). Pada orang dewasa, bagian yang paling umum terserang adalah panggul dan tulang belakang, umumnya sebagai hasil kontaminasi yang berasosiasi dengan operasi atau luka.
Kedua bentuk osteomielitis mengalami penurunan, kecuali diakibatkan oleh penyalahgunaan obat-obatan. Dengan pengobatan yang cepat, osteomielitis yang menyerang anak-anak dapat disembuhkan , untuk tipe dewasa kronik, prognosanya buruk. ( Andrews, 1996 : 217-218 ).

C.          MANIFESTASI KLINIS
Osteomielitis akut dimulai secara tiba-tiba, rasa sakit mendadak. Pada tulang yang terserang, disertai pelunakan, panas, bengkak dan pembatasan gerakan pada tulang itu. Gejala lain seperti denyut jantung yang tidak teratur demam mendadak, mual dan rasa tidak nyaman pada umumnya. Secara umum  osteomielitis kronik dan akut tampak sama, kecuali infeksi kronis dapat sembuh dan kemudian melonjak lagi setelah ada luka kecil.(Andrews, 1996 : 218 ).
               Gejala osteomielitis hematogen akut menurut Sjamsuhidayat (2004: 904) adalah :
1.      Panas tinggi dan sakit keras
2.      Nyeri tulang dekat sendi
3.      Tidak dapat menggerakkan anggota tubuh yang bersangkutan
4.      Tidak ada kelainan foto rontgen
5.      Pembengkakn lokal dan nyeri tekan
Menurut Smeltzer (2002 : 2343 ) gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini mungkin ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan saluran nafas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan. Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awitan mendadak, sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (menggigil, demam tinggi, tachycardia dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap, setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai posterium, dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah terinfeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
Pada pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah. (Smeltzer,     2002 : 2344 ).

D.          KLASIFIKASI
Osteomielitis dapat diklasifikasikan dua macam yaitu :
1.      Osteomielitis primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2.      Osteomielitis sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum )
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul,dan luka fraktur.
( Mansjoer, 2000:358 )


E.           PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.  Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi  proteus, pseudomonas, dan escerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisillin, nosokomial, gram negatif dan anaerob.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan – stadium 1 ) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang kekavitas medularis dan kebawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi disekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien, ini dinamakan osteomielitis tipe kronis (Smeltzer, 2002: 2343 ).

Artikel Terkait

0 komentar :

Posting Komentar

 

Catatannya Didit Copyright © 2011-2015 | Powered by Blogger