Arsip Blog

Apendisitis


A.  DEFINISI
Peradangan dari apendiks vermiformis jenis yang akut merupakan penyebab umum dari abdomen akut.
( Purnawan .J, 1982.341 )
Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi. Apendisitis merupakan peradangan apendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut.
( Prince, S. A, 1995 .401 )
Pendisitis akut merupakan salah satu penyakit saluran pencernaan yang paling umum ditemukan dan yang paling sering memberikan keluhan abdomen yang akut.
 ( Robbins dan Kumar,1995 .293 )
Apendiks disebut juga umbai cacing.
 ( Sjamsuhidajat, 2005.639 )

B.   ETIOLOGI
1.      Obstruksi
2.      Fekolid
3.      Tumor
4.      Cacing Gelang
5.      Hiperplasi limfoid yang disebabkan oleh virus
6.      Striktura oleh jaringan ikat
7.      Struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
                                                                         ( Robbin dan Kumar, 1995 . 493 )

C.  KLASIFIKASI
      1.   Klasifikasi Berdasarkan Bentuk
a.       Permulaan apendisitis akut, ditemukan sedikit alsudat netrofilik pada lapisan mukosa, submukosa dan muskularisis.
b.      Apendisitis supuratif akut, fokus nekrosis supuratif terbentuk di dalam dinding apendiks.
c.       Apendisitis gangrenosa akut, pada apendisitis supuratif ini akhirnya edema yang terjadi karena proses peradangan mempengarui suplai darah ke apeniks dan terjadilah nekrosis gangrenosa dengan daerah tidak berdarah tukak berdarah yang luas berwarna hijau kehijauan, serta fokus nekrosis yang berwarna hijau kehitaman meluas di sepanjang dinding serosa.
d.      Apendisitis kronis, dilarikan oleh suatu penebalan dinding apendiks yang timbulkan karena proses fibrosis.
                                                                         ( Robbin dan Kumar, 1995 . 299 )

2.   Klasifikasi Berdasarkan Waktu
       a.   Apendisitis Akut
Pada stadium awal infeksi apendiks alan tampak sejumlah sel radang akut pada daerah mukosa, submukosa dan muskolaris. Pada stadium lanjut akan timbul reaksi fibrinopurulen di daerah serosa membentuk abses pada dinding apendiks, di sertai adanya tukak dan fokus-fokus nekrosis supuratif pada mukosa. Keadaan ini dinamakan apendisitis akuta supurativa. Kemudian dapat terjadi nekrosis gangrenosa yang berwarna hijau kehitaman pada dinding apendiks sampai ke tunika serosa dan keadaan ini dinamakan apendisitis akuta gangarenosa. Keadaan ini dapat menyebabkan perforasi, hal ini akan di ikuti oleh pembentukan infiltrat yang merupakan reaksi pertahanan lokal tubuh. Bila pertahanan tubuh gagal, maka akan terjadi peritonitis generolisata yang sangat membahayakan penderita.
b.    Apendisitis Kronis
Radang kronis pada apendiks yang menebal atau berdinding tebal. Dinding apendiks menjadi tebal karena terjadi fibrosis dan proliferasi jaingan limfoid.
                                                        ( Sudiono, Janti, 2001.32 – 35 )
     

D.  GAMBARAN KLINIS
Pada kasus apendisitis akut yang klasik, gejala-gejala permulaan adalah nyeri atau perasaan tidak enak di sekitar umbilikus,  diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah. Gejala-gejala ini umumnya berlangsung lebih dari ½ hari. Dalam beberapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar titik Mc Burney. Kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas, biasanya di temukan demam ringan dan leukositosis moderat. Bila ruptura apendiks terjadi, nyeri sering kali hilang secara dramatis untuk sementara.  ( Silva, Prince. A, 1995 : 401 )
Tanda dan geala klinis tergantung pada fase patologis apendisitis pada pemeriksaan. Tiga gejala klasik terdiri dari nyeri, muntah dan panas. Pada masa awal obstruksi apendiks, nyerinya adalah periumbilikatis, emesis biasanya menyertai mulainya nyeri dan jarang terjadi, tidak ada nafsu makan, demam tidak terlalu tinggi. Jika belum terjadi perforasi dengan peritonitis urutan gejala nyeri mendahului emesis dan demam. Hal ini penting dalam membedakan apendisitis dari enteritis infeksiosa, yang biasanya mulai dengan muntah yang di sertai dengan kejang perut, dan hiperperistaltik, diare, jika terjadi jarang dan terdiri dari sedikit tinja berlendir yang di sebabkan oleh iritasi kolon sigmoid. Hal yang sama, iritasi kandung kemih bisa menimbulkan gejala kencing sepeti sering dan terburu-buru.
Ketika radang menjelek melibatkan serosa dan selubung peritoneum, nyeri berpindah ke daerah peritoneum yang teriritasi, biasanya di keadaan kanan bawah. Jika apendiks retrosekum, nyeri berada di lateral / posterior dan dapat menyerupai gejala yang terkait dengan artritis septik panggul atau abses psoas. Pada perforasi nyeri, menjadi menyeluruh kecuali kalau kontaminasi terlokalisasi dengan baik yang menyebabkan terpisah, biasanya abses, kuadran kanan bawah. Palpasi massa abdomen atau rektrum, menunjukkan pembentukan abses.
Penjelekan sejak mulainya gejala sampai perforasi biasanya terjadi setelah 36 – 48 jam, jika diagnosis terlambat setelah 36 – 48 jam, angka perforasi menjadi 65%     ( Berhman, 1999.1364 ).

E.   PATOFISIOLOGI
Hiperplasi Folikel Limfoid, fekolid, cacing, tumor, strktura oleh jaringan ikat, struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya menyebabkan obstruksi apendiks. Fekolit sering terjadi pada masyarakat dengan kondisi diit yang rendah serat, sehingga hal ini menerangkan kenapa apendisitis lebih sering di temukan di negara-negara barat. Sekresi mukus yang terus-menerus menyebabkan apendiks teregang sehingga bila tekanan intraluminal melebihi tekanan vena. Apendiks mengalami hipoksia, terjadi ulserasi dan pembengkakkan dan iskemia akibat trombosis vena intramural. Sering kali gangren dan perforasi terjadi dalam 24 – 36 jam. Bila proses ini berjalan lambat, organ-organ sekitar seperti illeum terminal, sekum dan omentum akan membentuk dinding mengitari apendiks sehingga berbentuk abses yang terlokalisasi. (Soeparman, 1991 . 177 )
Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor pencetus di samping hiperplasia jaringan limfoid, fekalit, tumor apendiks dan cacing ascaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lainnya ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica. Itu akan menyebabkan obstruksi apendiks yang mengakibatkan mukus yang di produksi mukosa terbendung. Makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan mengakibatkan dinding apendiks edema, serta merangsang tunika serosa dan peritonium veceral. Persarafan apendiks sama dengan  usus yaitu torakal vagus. Maka rangsang itu dirasakan sebagai rasa sakit di sekitar umbilikus mukus yang berkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah. Kemudian gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium bawah. Keadaan inidisebut apendisitis supuratif akut.
Bila aliran darah terganggu sehingga mempengaruhi suplai darah ke apendiks dan terjadilah nekrosis gangrenosa dengan daerah tukak berdarah yang luas berwana kehijauan, serta faktor nekrosis hijau kehitaman meluas di sepanjang dinding serosa disebut apendisitis gangrenosa. Bila dinding  apendisitis yang telah rapat itu pecah dinamakan apendisitis perforasi. Bila omentum dari usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu massa, keadaan ini disebut apendisitis infiltrat.

Artikel Terkait

1 komentar :

Obat Tradisional Usus Buntu mengatakan...

Untuk terhindar dari penyakit, biasakan pola hidup sehat. Terimakasih untuk informasinya.

Posting Komentar

 

Catatannya Didit Copyright © 2011-2015 | Powered by Blogger